Spooring
Pengertian Spooring adalah meluruskan roda antara depan dan belakang kedudukan roda sesuai dengan spesifikasi dari tipe mobil. Terdapat beberapa Jenis Spooring menurut alat yang digunakan pada saat ini diantaranya adalah:
1.Spooring Manual/Konvensional
Ada dua metode yang bisa dipakai. Pertama, dengan menggunakan meteran pengukur. Lantas yang kedua, dengan menggunakan benang bangunan
PAKAI METERAN
Buat yang hobi ngoprek, cara ini pasti menarik. Bukannya meragukan hasil pengukuran mesin yang sangat akurat. Tetapi tetap berguna kala darurat. Atau juga kala setelan bengkel kurang afdol dengan keinginan. Bisa saja, kondisi mobil kurang fit saat dilakukan wheel alignment. Nah penyetelan manual seperti berikut bisa jadi alternatif. Kedua cara ini lebih dominan pada penyetelan toe. Yaitu sudut roda terhadap garis lurus dari depan. Seperti trik Hadhi, pria unik yang hobi utak-atik. Pertama-tama cek kondisi kaki-kaki harus bagus termasuk tekanan angin ban harus sama.
Kemudian, carilah jalan rata dan lapang yang aman atau di dalam garasi juga boleh. Jalankan mobil lurus sepanjang 3 meter, tarik rem tangan (hand brake). Biar semua roda lurus. Tarik meteran, ukur jarak dari ujung ke ujung ban depan kiri dan kanan dari depan moncong, dengan menempelkan meteran ke salah satu alur ban yang sama.
Selanjutnya, ukur ban depan pada bagian belakangnya, hitung berapa selisih hasil ukur tersebut dalam skala centimeter.
Kalau selisihnya banyak, spooring harus dikerjakan. Kendurkan mur tie rod dan setel tie rod dengan cara memutar Tie rod disetel sampai ukuran ban depan sisi luar membentuk kuncup dengan batas (limit) antara 1 s/d 5 milimeter maksimal, ukuran ini menjadikan ban aus secara merata. Lalu, kencangkan lagi mur tie rod. Kuncup melebihi limit 5 mm mengakibatkan ban depan botak sisi luar. Sebaliknya, jika ukuran ban depan sisi luar membentuk kembang atau mengembang mengakibatkan ban botak sisi dalamnya.
PAKAI BENANG
Caranya sangat simpel pada mobil yang tergolong masih standar dan tidak terhalangi dengan penutup pelek yang menonjol keluar. Selain itu pelek yang digunakan tentunya tidak mempunyai offset berbeda atau jarak sumbu yang relatif sama.
Peralatan disediakan cukup dengan bantuan tali atau benang nylon yang tersedia di toko bangunan. Selain itu cari dudukan tali berupa penyanggah, seperti jack stand. Oh, iya. Pastikan penyetelan dilakukan pada tempat yang relatif rata pada semua roda.
Langkah pertama, bagi rata putaran setir ke kiri dan ke kanan. Setelah setir diputar habis ke kanan, hitung putaran ke kiri hingga setir habis diputar. Umumnya jarak putar setir berkisar 3,8 putaran. Setelah terhitung, barulah gerak dibagi dua. Yaitu menjadi 1,9 putaran dari posisi habis.
Setelah putaran terbagi rata, tinggal atur ketegangan benang saat dibentang melalui kedua tonggak dengan patokan kelurusan pada bibir belakang ban belakang dan juga bibir depan roda depan
Posisikan jack stand sekitar 1 meter di depan roda depan dan di belakang roda belakang
Biar tidak bingung, setelah benang di bagian roda belakang menyentuh salah satu bibirnya tonggak jangan digeser lagi . Setelah itu, atur kerapatan benang di roda depan sama dengan mengatur tonggak belakang. Begitu juga dengan tonggak di sisi lawan.
Kendurkan mur penahan tie rod sebelum as long tie rod diputar untuk penyetelan. Nah, sewaktu penyetelan as long tie rod, pastikan juga kemudi tidak bergeser. Setelah benang dapat rata sisi belakang dan depan roda bagian depan. Anda bisa lanjutkan pada sisi ban lainnya. Setelah selesai kedua ban depan, perhatikan garis antara kedua sisi ban. Semestinya tali lurus merapat pada kedua sisinya.
Berbeda dengan penyetelan roda belakang yang sudah menggunakan sistem independen atau multi link. Penyetelan ban bukan lagi pada baut as long tie rod. Baut dudukan salah satu arm akan dikendurkan lalu diputar menyesuaikan setelan yang dikehendaki. Sebagai patokan, juga sama dengan roda depan. Kedua bagian bibir ban akan menyentuh bentangan tali saat memiliki sudut nol.
2. Spooring Bluetooth
Teknologi ini pada dasarnya sama dengan sistem spooring yang lain, hanya saja teknologi ini lebih akurat dalam mentransfer hasil data dari head ke cpu karena lebih akurat bila memakai Bluetooth.
1.Spooring Manual/Konvensional
Ada dua metode yang bisa dipakai. Pertama, dengan menggunakan meteran pengukur. Lantas yang kedua, dengan menggunakan benang bangunan
PAKAI METERAN
Buat yang hobi ngoprek, cara ini pasti menarik. Bukannya meragukan hasil pengukuran mesin yang sangat akurat. Tetapi tetap berguna kala darurat. Atau juga kala setelan bengkel kurang afdol dengan keinginan. Bisa saja, kondisi mobil kurang fit saat dilakukan wheel alignment. Nah penyetelan manual seperti berikut bisa jadi alternatif. Kedua cara ini lebih dominan pada penyetelan toe. Yaitu sudut roda terhadap garis lurus dari depan. Seperti trik Hadhi, pria unik yang hobi utak-atik. Pertama-tama cek kondisi kaki-kaki harus bagus termasuk tekanan angin ban harus sama.
Kemudian, carilah jalan rata dan lapang yang aman atau di dalam garasi juga boleh. Jalankan mobil lurus sepanjang 3 meter, tarik rem tangan (hand brake). Biar semua roda lurus. Tarik meteran, ukur jarak dari ujung ke ujung ban depan kiri dan kanan dari depan moncong, dengan menempelkan meteran ke salah satu alur ban yang sama.
Selanjutnya, ukur ban depan pada bagian belakangnya, hitung berapa selisih hasil ukur tersebut dalam skala centimeter.
Kalau selisihnya banyak, spooring harus dikerjakan. Kendurkan mur tie rod dan setel tie rod dengan cara memutar Tie rod disetel sampai ukuran ban depan sisi luar membentuk kuncup dengan batas (limit) antara 1 s/d 5 milimeter maksimal, ukuran ini menjadikan ban aus secara merata. Lalu, kencangkan lagi mur tie rod. Kuncup melebihi limit 5 mm mengakibatkan ban depan botak sisi luar. Sebaliknya, jika ukuran ban depan sisi luar membentuk kembang atau mengembang mengakibatkan ban botak sisi dalamnya.
PAKAI BENANG
Caranya sangat simpel pada mobil yang tergolong masih standar dan tidak terhalangi dengan penutup pelek yang menonjol keluar. Selain itu pelek yang digunakan tentunya tidak mempunyai offset berbeda atau jarak sumbu yang relatif sama.
Peralatan disediakan cukup dengan bantuan tali atau benang nylon yang tersedia di toko bangunan. Selain itu cari dudukan tali berupa penyanggah, seperti jack stand. Oh, iya. Pastikan penyetelan dilakukan pada tempat yang relatif rata pada semua roda.
Langkah pertama, bagi rata putaran setir ke kiri dan ke kanan. Setelah setir diputar habis ke kanan, hitung putaran ke kiri hingga setir habis diputar. Umumnya jarak putar setir berkisar 3,8 putaran. Setelah terhitung, barulah gerak dibagi dua. Yaitu menjadi 1,9 putaran dari posisi habis.
Setelah putaran terbagi rata, tinggal atur ketegangan benang saat dibentang melalui kedua tonggak dengan patokan kelurusan pada bibir belakang ban belakang dan juga bibir depan roda depan
Posisikan jack stand sekitar 1 meter di depan roda depan dan di belakang roda belakang
Biar tidak bingung, setelah benang di bagian roda belakang menyentuh salah satu bibirnya tonggak jangan digeser lagi . Setelah itu, atur kerapatan benang di roda depan sama dengan mengatur tonggak belakang. Begitu juga dengan tonggak di sisi lawan.
Kendurkan mur penahan tie rod sebelum as long tie rod diputar untuk penyetelan. Nah, sewaktu penyetelan as long tie rod, pastikan juga kemudi tidak bergeser. Setelah benang dapat rata sisi belakang dan depan roda bagian depan. Anda bisa lanjutkan pada sisi ban lainnya. Setelah selesai kedua ban depan, perhatikan garis antara kedua sisi ban. Semestinya tali lurus merapat pada kedua sisinya.
Berbeda dengan penyetelan roda belakang yang sudah menggunakan sistem independen atau multi link. Penyetelan ban bukan lagi pada baut as long tie rod. Baut dudukan salah satu arm akan dikendurkan lalu diputar menyesuaikan setelan yang dikehendaki. Sebagai patokan, juga sama dengan roda depan. Kedua bagian bibir ban akan menyentuh bentangan tali saat memiliki sudut nol.
2. Spooring Bluetooth
Teknologi ini pada dasarnya sama dengan sistem spooring yang lain, hanya saja teknologi ini lebih akurat dalam mentransfer hasil data dari head ke cpu karena lebih akurat bila memakai Bluetooth.
Deskripsi alat:
Bluetooth Suara Navigasi Alignment Wheel (Dengan 3D Kartun Instruksi) .
3. Spooring 3 Dimensi
Spooring yang tidak akurat akan mengakibatkan umur ban menjadi lebih pendek dan dapat membayakan keselamatan. Dibandingkan dengan Mesin Spooring Konvensional Spooring dengan teknologi Kamera 3D akan lebih akurat karena tidak dipengaruhi oleh faktor lain spt:
Kemiringan lift akan mempengaruhi hasil dari mesin konvensional, sedangkan dengan Kamera 3D hal ini tidak akan mempengaruhi hasil spooring
Pemasangan Wheel Clamp (sensor) yang tidak tepat
Kalibrasi mesin spooring tidak tepat, karena selalu dikalibrasi secara otomatis setiap akan memulai proses spooring
Faktor "Human Error " jauh lebih kecil. Karena kelayakan melakukan spooring dilakukan oleh mesin yang mana pada mesin konvensional biasanya diperiksa secara manual oleh mekanik dengan menggoyang-kan roda2 untuk memeriksa kaki2.
Cara Kerja:
Hal yang pertama dilakukan adalah pemasangan wheel clamp pada semua ban. Usai memasang wheel clamp, secara otomatis sinar infra merah mulai melakukan kalibrasi dan membaca data yang terdapat pada ban bagian depan.
Data yang terkumpul dari hasil kalibrasi awal, akan dipantulkan melalui wheel clamp dan kemudian diteruskan melalui gelombang infra merah. Nah data inilah yang kemudian akan digunakan untuk menyetel camber, caster, dan toe pada mobil.
Biasanya hal yang lebih dulu dilakukan adalah toe in dan out. Fungsinya untuk lebih memudahkan mengatur camber dan caster pada sistem kaki-kaki mobil tersebut. Jika pada saat dilakukan toe in dan out, kondisi camber dan caster jadi normal, berarti tidak perlu dilakukan penyetelan ulang.
Sementara itu cara untuk menyeimbangkan camber, caster dan toe, semuanya tetap dilakukan secara manual. Yaitu melakukan penyetelan manual untuk menyelaraskan caster, camber dan toe ke posisi zero.
“Inti dari spooring dengan sistem 3D ini, adalah penggunaan sinar infra merah sebagai kalibrator data pada mobil yang akan di spooring. Sementara pengirim data dari mobil digunakan wheel clamp khusus agar bisa dibaca melalui frekuensi infra merah pada ujung alat spooring itu
4.Spooring Robotik
Bicara wheel alignment atau spooring ada banyak macamnya, dari yang manual dengan tali atau benang sampai yang menggunakan teknologi bluetooth, infra red hingga 3D. Namun semuanya tetap memerlukan banyak alat yang dipasang ke roda. Tapi kini ada satu alat spooring yang tidak perlu memasang alat apapun ke roda dan menyentuh roda sama sekali, namanya spooring robotik.
Alat Nussbaum WAB 02 CCT ini didatangkan langsung dari Jerman oleh salah satu bengkel spooring di kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan. Memang bila dilihat secara kasat mata alat spooring yang konon baru ada satu di Indonesia ini akan sangat berbeda karena tidak akan melihat ada kabel atau alat apapun yang dipasangkan di roda.
Hanya ada lift berwarna biru dan dua kotak di kanan dan kiri yang bergerak maju dan mundur ketika mobil sudah berada di atas lift. Kotak berwarna hitam ini adalah modul robotik yang membaca kondisi roda. Sedang lift berwarna biru merupakan lift electronik yang sudah tersinkronisasi dengan kotak hitam dan sistem di komputer tadi.
Jadi antara lift dan modul robotik saling terkoneksi. “Saat mobil sudah dinaikan ke atas lift, operator tinggal mengopersikan sistem secara otomatis lewat komputer,” lanjutnya. Saat sistem sudah berjalan lift kiri dan kanan akan langsung menyamakan ketinggian. Lalu modul robotik akan bergerak menuju roda depan dan belakang untuk mengukur referensi roda, kontur roda, chamber dan toe.
Uniknya untuk mengukur kompensasi roda, sang teknisi tidak perlu mendorong mobil tapi roda sudah otomatis bergerak sendiri karena plat di bagian bawah lift bisa bergerak maju mundur ini dilengkapi dengan teknologi Colour Coded Triangulation (CCT) untuk memutar roda.
Spooring robotic menggunakan 2 buah kotak hitam di bagian kanan dan kiri lift sebagai modul diagnosa yang didalamnya terdapat sebuah kamera untuk merekam dan menampilkan gambar roda dalam visual 3 dimensi (3D image) ke layar komputer pengontrol serta sebuah proyektor yang memancarkan suatu rangkaian cahaya horizontal (colour coded triangulation ) ke permukaan roda mobil untuk mengukur referensi roda, kontur roda, chamber dan toe.
Secara garis besar, kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh spooring robotic ini adalah proses deteksi 4 kali lebih cepat dibanding teknologi spooring lainnya karena tidak ada lagi pemasangan alat lainnya yang biasa dijepitkan ke pelek mobil, alhasil kemulusan pelek pun lebih terjaga, terutama jika mobil menggunakan pelek eksotis yang berharga sangat mahal. Selain itu diagnosa kondisi roda pun lebih akurat, presisi karena pengukuran menggunakan kompensasi run out roda.
Kelebihan lainnya dari spooring robotic ini adalah hanya memerlukan 5° perputaran kemudi untuk mengukur nilai caster dengan Microsweep. Dengan banyak keunggulan yang ada pada spooring robotic ini wajar jika membuat biayanya pun 2 kali lipat lebih mahal dibanding menggunakan alat spooring lainnya.
GEOMETRI RODA (WHEEL ALIGHMENT)
Geometri roda (wheel alignment) adalah sudut-sudut kemiringan roda yang dibentuk oleh garis sumbu vertikal jika kendaraan dipandang dari depan, samping atau atas. Fungsi geometri roda adalah untuk memudahkan pengemudian kendaraan, menstabilkan pengemudian, menghasilkan daya balik kemudi yang baik, mengurangi keausan ban. Geometri roda (wheel alignment) terdiri dari : Camber, Caster, Steering Axis Inclination (Kingpin Inclination), Toe-in dan Toe-out, Perbedaan sudut belok.
1. Camber
Camber adalah kemiringan roda bagian atas kearah dalam/luar terhadap garis sumbu vertikal jika kendaraan dilihat dari depan. Besar sudut kemiringannya diukur dalam derajat. Bila kemiringan roda bagian atas ke arah luar disebut camber positif. Pada Camber positif roda-roda terdorong ke dalam sehingga mencegah roda agar tidak lepas. Bila sudut camber positif terlalu besar mengakibatkan keausan roda terjadi pada bagian luar roda.Camber positif menyebabkan pengemudian menjadi ringan
Bluetooth Suara Navigasi Alignment Wheel (Dengan 3D Kartun Instruksi) .
3. Spooring 3 Dimensi
Spooring yang tidak akurat akan mengakibatkan umur ban menjadi lebih pendek dan dapat membayakan keselamatan. Dibandingkan dengan Mesin Spooring Konvensional Spooring dengan teknologi Kamera 3D akan lebih akurat karena tidak dipengaruhi oleh faktor lain spt:
Kemiringan lift akan mempengaruhi hasil dari mesin konvensional, sedangkan dengan Kamera 3D hal ini tidak akan mempengaruhi hasil spooring
Pemasangan Wheel Clamp (sensor) yang tidak tepat
Kalibrasi mesin spooring tidak tepat, karena selalu dikalibrasi secara otomatis setiap akan memulai proses spooring
Faktor "Human Error " jauh lebih kecil. Karena kelayakan melakukan spooring dilakukan oleh mesin yang mana pada mesin konvensional biasanya diperiksa secara manual oleh mekanik dengan menggoyang-kan roda2 untuk memeriksa kaki2.
Cara Kerja:
Hal yang pertama dilakukan adalah pemasangan wheel clamp pada semua ban. Usai memasang wheel clamp, secara otomatis sinar infra merah mulai melakukan kalibrasi dan membaca data yang terdapat pada ban bagian depan.
Data yang terkumpul dari hasil kalibrasi awal, akan dipantulkan melalui wheel clamp dan kemudian diteruskan melalui gelombang infra merah. Nah data inilah yang kemudian akan digunakan untuk menyetel camber, caster, dan toe pada mobil.
Biasanya hal yang lebih dulu dilakukan adalah toe in dan out. Fungsinya untuk lebih memudahkan mengatur camber dan caster pada sistem kaki-kaki mobil tersebut. Jika pada saat dilakukan toe in dan out, kondisi camber dan caster jadi normal, berarti tidak perlu dilakukan penyetelan ulang.
Sementara itu cara untuk menyeimbangkan camber, caster dan toe, semuanya tetap dilakukan secara manual. Yaitu melakukan penyetelan manual untuk menyelaraskan caster, camber dan toe ke posisi zero.
“Inti dari spooring dengan sistem 3D ini, adalah penggunaan sinar infra merah sebagai kalibrator data pada mobil yang akan di spooring. Sementara pengirim data dari mobil digunakan wheel clamp khusus agar bisa dibaca melalui frekuensi infra merah pada ujung alat spooring itu
4.Spooring Robotik
Bicara wheel alignment atau spooring ada banyak macamnya, dari yang manual dengan tali atau benang sampai yang menggunakan teknologi bluetooth, infra red hingga 3D. Namun semuanya tetap memerlukan banyak alat yang dipasang ke roda. Tapi kini ada satu alat spooring yang tidak perlu memasang alat apapun ke roda dan menyentuh roda sama sekali, namanya spooring robotik.
Alat Nussbaum WAB 02 CCT ini didatangkan langsung dari Jerman oleh salah satu bengkel spooring di kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan. Memang bila dilihat secara kasat mata alat spooring yang konon baru ada satu di Indonesia ini akan sangat berbeda karena tidak akan melihat ada kabel atau alat apapun yang dipasangkan di roda.
Hanya ada lift berwarna biru dan dua kotak di kanan dan kiri yang bergerak maju dan mundur ketika mobil sudah berada di atas lift. Kotak berwarna hitam ini adalah modul robotik yang membaca kondisi roda. Sedang lift berwarna biru merupakan lift electronik yang sudah tersinkronisasi dengan kotak hitam dan sistem di komputer tadi.
Jadi antara lift dan modul robotik saling terkoneksi. “Saat mobil sudah dinaikan ke atas lift, operator tinggal mengopersikan sistem secara otomatis lewat komputer,” lanjutnya. Saat sistem sudah berjalan lift kiri dan kanan akan langsung menyamakan ketinggian. Lalu modul robotik akan bergerak menuju roda depan dan belakang untuk mengukur referensi roda, kontur roda, chamber dan toe.
Uniknya untuk mengukur kompensasi roda, sang teknisi tidak perlu mendorong mobil tapi roda sudah otomatis bergerak sendiri karena plat di bagian bawah lift bisa bergerak maju mundur ini dilengkapi dengan teknologi Colour Coded Triangulation (CCT) untuk memutar roda.
Spooring robotic menggunakan 2 buah kotak hitam di bagian kanan dan kiri lift sebagai modul diagnosa yang didalamnya terdapat sebuah kamera untuk merekam dan menampilkan gambar roda dalam visual 3 dimensi (3D image) ke layar komputer pengontrol serta sebuah proyektor yang memancarkan suatu rangkaian cahaya horizontal (colour coded triangulation ) ke permukaan roda mobil untuk mengukur referensi roda, kontur roda, chamber dan toe.
Secara garis besar, kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh spooring robotic ini adalah proses deteksi 4 kali lebih cepat dibanding teknologi spooring lainnya karena tidak ada lagi pemasangan alat lainnya yang biasa dijepitkan ke pelek mobil, alhasil kemulusan pelek pun lebih terjaga, terutama jika mobil menggunakan pelek eksotis yang berharga sangat mahal. Selain itu diagnosa kondisi roda pun lebih akurat, presisi karena pengukuran menggunakan kompensasi run out roda.
Kelebihan lainnya dari spooring robotic ini adalah hanya memerlukan 5° perputaran kemudi untuk mengukur nilai caster dengan Microsweep. Dengan banyak keunggulan yang ada pada spooring robotic ini wajar jika membuat biayanya pun 2 kali lipat lebih mahal dibanding menggunakan alat spooring lainnya.
GEOMETRI RODA (WHEEL ALIGHMENT)
Geometri roda (wheel alignment) adalah sudut-sudut kemiringan roda yang dibentuk oleh garis sumbu vertikal jika kendaraan dipandang dari depan, samping atau atas. Fungsi geometri roda adalah untuk memudahkan pengemudian kendaraan, menstabilkan pengemudian, menghasilkan daya balik kemudi yang baik, mengurangi keausan ban. Geometri roda (wheel alignment) terdiri dari : Camber, Caster, Steering Axis Inclination (Kingpin Inclination), Toe-in dan Toe-out, Perbedaan sudut belok.
1. Camber
Camber adalah kemiringan roda bagian atas kearah dalam/luar terhadap garis sumbu vertikal jika kendaraan dilihat dari depan. Besar sudut kemiringannya diukur dalam derajat. Bila kemiringan roda bagian atas ke arah luar disebut camber positif. Pada Camber positif roda-roda terdorong ke dalam sehingga mencegah roda agar tidak lepas. Bila sudut camber positif terlalu besar mengakibatkan keausan roda terjadi pada bagian luar roda.Camber positif menyebabkan pengemudian menjadi ringan
Gambar Camber positif
Bila kemiringan roda bagian atas kearah dalam disebut camber negatif. Camber negatif membuat kendaraan cenderung lurus dan stabil. Bila sudut camber negatif terlalu besar mengakibatkan keausan roda terjadi pada bagian dalam roda. Camber negatif menyebabkan pengemudian berat.Camber negatif menyebabkan efek kebebasan bantalan roda bertambah dan dapat memperbesar momen bengkok spindle.
Gambar. Camber Negatif
Bila garis tengah roda sejajar dengan garis sumbu vertikal,maka disebut camber 0.
Camber 0 dapat mencegah keausan ban yang tidak merata. Camber 0 menyebabkan stabilitas pengemudian berkurang, menyebabkan getaran pada roda kemudi besar dan tidak stabil.
Gambar. Camber 0
Besar sudut camber.
Besar sudut camber umumnya : -1 s.d 3 derajat
Besar sudut camber yang sering dipakai : 0 s.d 1 derajat
Perbedaan sudut camber.
Yang dimaksud perbedaan sudut camber adalah perbedaan sudut camber roda kiri dan kanan.
Perbedaan sudut camber yang diperbolehkan biasanya sekitar 0,5 derajat ( 30 menit )
Kesimpulan: Camber pengaruh ke kedtabilan waktu belok.
2. Caster
Caster adalah kemiringan steering axis bagian atas kearah depan atau belakang terhadap garis sumbu vertikal bila dipandang dari samping kendaraan.
Saat jalan lurus caster berfungsi menggerakkan roda tetap stabil dalam posisi lurus walau roda kemudi dilepas dan pada saat kendaraan membelok ban menopang pada permukaan jalan dengan baik.
Trail adalah jarak antara dari titik potong garis tengan steering axis dengan jalan dan titik pusat singgung ban dengan jalan.
Caster positif adalah bila kemiringan steering axis bagian atas ke arah belakang.
Kendaraan pada umumnya menggunakan caster positif karena menghasilkan kestabilan kendaraan saat berjalan lurus dan daya balik kemudi setelah membelok. Bila caster positif terlalu besar maka akan menyebabkan trail makin panjang dan daya balik kemudi makin besar, akan tetapi kemudi cenderung menjadi lebih berat.
Besar sudut camber umumnya : -1 s.d 3 derajat
Besar sudut camber yang sering dipakai : 0 s.d 1 derajat
Perbedaan sudut camber.
Yang dimaksud perbedaan sudut camber adalah perbedaan sudut camber roda kiri dan kanan.
Perbedaan sudut camber yang diperbolehkan biasanya sekitar 0,5 derajat ( 30 menit )
Kesimpulan: Camber pengaruh ke kedtabilan waktu belok.
2. Caster
Caster adalah kemiringan steering axis bagian atas kearah depan atau belakang terhadap garis sumbu vertikal bila dipandang dari samping kendaraan.
Saat jalan lurus caster berfungsi menggerakkan roda tetap stabil dalam posisi lurus walau roda kemudi dilepas dan pada saat kendaraan membelok ban menopang pada permukaan jalan dengan baik.
Trail adalah jarak antara dari titik potong garis tengan steering axis dengan jalan dan titik pusat singgung ban dengan jalan.
Caster positif adalah bila kemiringan steering axis bagian atas ke arah belakang.
Kendaraan pada umumnya menggunakan caster positif karena menghasilkan kestabilan kendaraan saat berjalan lurus dan daya balik kemudi setelah membelok. Bila caster positif terlalu besar maka akan menyebabkan trail makin panjang dan daya balik kemudi makin besar, akan tetapi kemudi cenderung menjadi lebih berat.
Gambar Caster Positif
Caster negatif adalah bila kemiringan steering axis bagian atas kearah depan. Caster negatif membuat kemudi ringan, tetapi kestabilan kendaraan saat berjalan lurus menjadi berkurang dan kemudi kurang dapat dikendalikan sehingga jarang digunakan pada kendaraan pada umumnya.
Gambar Caster Negatif
Caster 0 adalah bila steering axis sejajar dengan garis sumbu vertikal.Pada caster 0 saat kendaraan jalan lurus,roda tidak cenderung mencari sikap lurus,sehingga tidak ada kestabilan saat jalan lurus.
Gambar. Caster 0
Sudut caster umumnya : 3 – 8 derajat
Perbedaan yang diijinkan antara roda kiri dan kanan : 0,5 derajat ( 30 menit )
Fungsi penngaturan sudut caster ini adalah mengontrol gerak kemudi dan membantu roda depan agar menjadi lebih terpusat(center).
Kesimpulan : Caser berpengaruh kepada ketepatan arah pengendalian mobil.
3. Steering Axis Inclination (Kingpin Inclination)
Steering axis adalah garis sumbu tempat roda berputar saat berbelok kekiri atau kekanan dan bisa digambarkan antara bagian atas dari shock absorber upper support bearing sampai lower suspension arm ball joint.
Steering axis inclination adalah kemniringan steering axis bagian atas ke arah dalam bila dipandang dari depan kendaraan.
Offset adalah jarak antara titik potong steering axis dengan jalan dan titik potong garis tengah ban dengan jalan.
Offset yang lebih kecil akan membuat kemudi menjadi lebih ringan dan kejutan akibat pengereman dan percepatan berkurang.
Steering axis inclination juga menghasilkan daya balik kemudi dengan cara memanfaatkan berat kendaraan.
Perbedaan yang diijinkan antara roda kiri dan kanan : 0,5 derajat ( 30 menit )
Fungsi penngaturan sudut caster ini adalah mengontrol gerak kemudi dan membantu roda depan agar menjadi lebih terpusat(center).
Kesimpulan : Caser berpengaruh kepada ketepatan arah pengendalian mobil.
3. Steering Axis Inclination (Kingpin Inclination)
Steering axis adalah garis sumbu tempat roda berputar saat berbelok kekiri atau kekanan dan bisa digambarkan antara bagian atas dari shock absorber upper support bearing sampai lower suspension arm ball joint.
Steering axis inclination adalah kemniringan steering axis bagian atas ke arah dalam bila dipandang dari depan kendaraan.
Offset adalah jarak antara titik potong steering axis dengan jalan dan titik potong garis tengah ban dengan jalan.
Offset yang lebih kecil akan membuat kemudi menjadi lebih ringan dan kejutan akibat pengereman dan percepatan berkurang.
Steering axis inclination juga menghasilkan daya balik kemudi dengan cara memanfaatkan berat kendaraan.
Gambar. Steering Axis Inclination
4. Wheel Angle (Perbedaan sudut belok)
Wheel angle (Perbedaan sudut belok) adalah jarak antara roda kanan dan roda kiri terhadap titik pusat yang sama kedua roda pada saat membelok.
Bila roda depan kanan dan kiri harus mempunyai sudut belok yang sama besar, perbedaan sudut beloknya harus sama (r1 = r2). Akan tetapi masing-masing roda akan berputar mengelilingi titik pusat yang berbeda (O1 dan O2). Akibatnya kendaraan tidak dapat membelok dengan lembut karena terjadinya side-slip pada roda-roda.
Wheel angle (Perbedaan sudut belok) adalah jarak antara roda kanan dan roda kiri terhadap titik pusat yang sama kedua roda pada saat membelok.
Bila roda depan kanan dan kiri harus mempunyai sudut belok yang sama besar, perbedaan sudut beloknya harus sama (r1 = r2). Akan tetapi masing-masing roda akan berputar mengelilingi titik pusat yang berbeda (O1 dan O2). Akibatnya kendaraan tidak dapat membelok dengan lembut karena terjadinya side-slip pada roda-roda.
Titik pusat berbeda pada saat membelok
Untuk mencegah ini, knuckle arm dan tie rod disusun agar pada saat membelok roda-roda sedikit toe-out. Akibatnya sudut belok roda inner sedikit lebih besar dari pada sudut belok roda outer dan titik pusat putaran roda kiri dan kanan berimpit. Akan tetapi sudut beloknya berbeda (r1 > r2).Prinsip ini disebut prinsip Ackerman.
Titik pusat sama pada saat berbelok
Untuk tipe suspensi yang tie rodnya terletak di belakang spindle, knuckle arm sedikit diserongkan ke arah dalam ( Ø)
5. Toe Angle (Toe-In dan Toe-Out)
Adalah perbedaan antara jarak bagian depan dan jarak bagian belakang roda kanan dan kiri bila kendaraan dilihat dari atas.
Bila bagian depan roda lebih kecil ke arah dalam dari pada bagian belakang roda (dilihat dari atas), ini disebut toe-in. sebaliknya susunan yang berlawanan disebut toe-out.
Bila bagian depan roda sama dengan bagian belakang roda,disebut toe-0
Toe-in : A <>
Roda bagian depan berada pada posisi saling mendekat
Toe-in : A > B
Roda bagian depan berada pada posisi saling menjauh
Roda kiri dan kanan pada posisi paralel
Bila roda-roda depan memiliki camber positif, maka bagian atas roda miring mengarah keluar. Hal ini akan menyebabkan roda-roda berusaha menggelinding ke arah luar pada saat mobil berjalan lurus, dan akan terjadi side-slip. Dan ini akan mengakibatkan ban menjadi aus. Untuk itu toe-in digunakan pada roda-roda depan untuk mencegah roda menggelinding keluar yang disebabkan oleh camber. Dengan demikian toe-in berfungsi sebagai koreksi camber dan sebagai koreksi gaya penggerak. Mobil dengan penggerak roda belakang, penyetelan toe-in umumnya : 0 + 5 mm Mobil dengan penggerak roda depan, penyetelan toe out umumnya : 0 + 2 mm Untuk penggerak roda depan (FWD),Toe berfungsi meningkatkan daya pengereman dan juga mengoreksi posisi camber. Sedang untuk mobil gerak roda belakang (RWD), berfungsi menyelaraskan roda belakang dan depan. Kesimpulan : Toe Berpengaruh kepada (dan trade off) Keausan roda, Stabilitas jalan lurus dan ketajaman handling di belokan (tergantung pula pada FWD / RWD, dan tipe suspensi indipendent atau tidak).